Cinta Dalam Hati

Di ruangan khusus di salah satu Rumah Sakit (RS) ada satu keluarga tidak berhenti menangis mendengar setiap kata-kata perpisahan dari salah satu anggota keluarga mereka yang terbaring lemah di tempat tidurnya. Orang terakhir yang belum menerima kata-kata perpisahan ialah kakak si pasien. Si pasien meminta keluarganya kecuali kakaknya keluar dari ruangan itu. Dia ingin bicara berdua dengan kakaknya.

Setelah semuanya keluar kecuali kakaknya, sang adik menyampaikan beberapa pesan atau amanat kepada kakaknya. Terakhir, sang adik menyerahkan handphone-nya kepada kakaknya. Lalu dia menghembuskan nafas terakhirnya.

I. FOTO

Medan, 2011.
Di pagi akhir pekan, Leo menerima telfon dari sahabatnya bernama Karen. Karen meminta Leo menemani dia dan adik sahabatnya jalan-jalan ke pusat kota Medan satu hari itu. Leo setuju.

Leo dan Karen sama-sama mahasiswa/i semester empat (4) di salah satu Universitas yang ada di kota Medan. Mereka berdua kuliah dengan jurusan yang sama. Sementara adik sahabat Karen ialah lulusan baru dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Namanya Amor (perempuan).

Amor adalah adik sahabat Karen. Karen dan kakak Amor sekolah di SMA yang sama. Jadi Amor datang dari kampungnya, kota Pekanbaru, ke kota Medan untuk liburan selama seminggu sekaligus dia ingin melihat-lihat beberapa universitas yang ada di kota Medan. Jadi Amor tinggal di kos Karen selama seminggu.

Berhubung Amor sudah memasuki hari ke-6 di kota Medan, dan akan kembali ke Pekanbaru besok harinya, Karen mengajaknya jalan-jalan ke pusat kota Medan. Tetapi karena Karen tidak terbiasa jalan-jalan, dia mengajak Leo menemani mereka berdua.

Sambil menikmati pusat kota Medan, Leo tak berhenti kagum kepada Amor yang memiliki paras yang cantik. Selain itu, Amor juga memiliki senyum yang manis dan orangnya sedikit bicara. Amor hanya sesekali berbicara tetapi Leo terkesima karenanya. Karena Amor kalau bicara, suaranya lembut banget. Leo membayangkan bahagianya punya istri seperti Amor. Kalau misalnya pulang kerja, suami (Leo) sudah lelah. Lalu istrinya (Amor) dengan tersenyum manis lebih dahulu lalu dengan lembut menanyakan bagaimana pekerjaan Leo di hari itu. Rasa lelah yang dirasakan Leo langsung hilang.

Selama Leo menemani Karen dan Amor, Leo lebih banyak diam. Tetapi dia tidak kesal kalau Karen meminta dirinya untuk mengambil foto Karen dan Amor dengan camera handphone. Sesekali Karen mengajak Leo foto bertiga dengan Amor, tetapi Leo tidak mau. Dia malu dan canggung. Tetapi di dalam hatinya dia ingin sekali foto berdua dengan Amor. Mereka bertiga jalan-jalan hingga pukul 9 malam. Sebelum mereka pulang, mereka makan malam bersama.

Sesampainya Leo di kosnya, fikirannya tak berhenti memikirkan Amor. Dia menyesal tidak mau ikut berfoto dengan Amor walau harus ada Karen didalamnya. Jam 12 malam Leo menelfon Karen yang membuat Karen kaget.
"Ada apa nelfon tengah malam begini?" tanya Karen.
Leo bingung mau ngomong apa. Dia hanya ingin terhubung dengan Amor tetapi dia bingung gimana caranya. Satu-satunya cara ialah menelfon Karen.
"Kalian dah makan malam?" tanya Leo.
"Ya udahlah. Kita kan makan dulu tadi lalu pulang" balas Karen.
"Besok kalian kemana?" tanya Leo lagi.
"Besok pagi jam 9, aku ngantar Amor ke bandara. Jadi aku perlu tidur Leo jelek." balas Karen.
"Oh Begitu. Baiklah. Selamat malam."

Besok harinya.
Karen dan Amor tiba di Bandara. Di bagian luar pintu keberangkatan, Karen kaget karena Leo tiba-tiba muncul menghampiri dia dan Amor. Amor tersenyum saja menanggapi kehadiran Leo.
"Ngapain kesini?" tanya Karen ke Leo.
"Main-main aja" jawab Leo.
Amor berpamitan kepada Karen dan Leo lalu melangkah pergi. Ketika Amor hendak mau melewati pintu keberangkatan, Leo memanggilnya.
"Amor Amor. Tunggu"
Karen bingung menatap Leo. Baiknya Amor, Amor mau menghampiri Leo dan Karen.
"Ada apa bang?" tanya Amor.
Walau berat dan grogi. Leo mengungkapkan keinginan hatinya.
"Bisa ngak aku foto denganmu?"
Karen semakin bingung menatap Leo.
"Bisa bang" jawab Amor.
Leo menyerahkan handphone-nya kepada Karen dan meminta Karen mengambil foto dia dan Amor dengan camera handphone-nya. Lalu Leo mendekati Amor, berdiri disampingnya. Karen mengambil foto mereka. Setelah itu Amor berpamitan kembali lalu melangkah pergi.

Tanpa Leo sadari, Karen memperhatikan mata Leo lama sekali berkedipnya memandang Amor yang melangkah semakin jauh. Wajah Leo sedih. Karen menyindir Leo.
"Ngeri ya main-mainnya cowok sekarang ini. Main-mainnya foto berdua dengan wanita yang baru dikenalnya" ucap Karen. Leo tidak menanggapinya. Sambil menunjuk beberapa orang di sekitar mereka, Karen melanjutkan sindirannya "Gak sekalian aja kau foto dengan mereka? Nanti mereka keburu pergi loh...".
"Kalau kau mau foto denganku, jujur aja" balas Leo.
"Idihhh... Ogah aku foto denganmu."
"Ya udah. Jangan brisik."

Beberapa minggu kemudian, lewat Karen, Leo mengetahui bahwa Amor diterima kuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta. Leo sedih. Padahal setiap malam dia mendoakan Amor supaya Amor kuliah di kota Medan. Walau begitu Leo tidak berhenti berharap supaya ada kesempatan bertemu Amor lagi.

II. Warung Kopi


Tahun 2012.
Leo memasuki awal semester-7. Tanpa ada yang tahu, diam-diam Leo gak masuk kuliah selama 3 hari. Dia pergi ke Yogyakarta untuk menemui Amor.

Dia sangat merindukan Amor. Setahun sudah dia selalu berdoa dan berharap. Leo pergi ke kampusnya Amor. Leo tidak menemukan Amor disana. Leo menanyakan keberadaan Amor kepada beberapa orang teman-teman sejurusan yang juga seangkatan Amor. Yang Leo dapatkan dari teman-teman Amor ialah berita sedih. Ternyata Amor telah berhenti kuliah di semester-1 bahkan Amor tidak sempat menyelesaikan semester itu. Menurut teman-teman Amor, Amor menderita penyakit dalam yang cukup parah. Jadi keluarga Amor memutuskan kuliah Amor dan membawa Amor pulang kampung untuk dibawa berobat dan dirawat sendiri.

Leo kembali ke Medan membawa berita sedih itu. Dia tidak memberitahukannya kepada siapa pun termasuk Karen.

Tahun 2013.
Leo telah memasuki dunia alumni. Dia baru wisuda 2 minggu sebelumnya. Minggu depannya, Leo akan merantau ke pulau Kalimantan. Leo telah memesan tiket pesawat untuknya. Di Kalimantan Leo akan mencoba mengadu nasibnya.

Di sore hari, Karen menelfon Leo meminta Leo datang ke salah satu warung kopi. Disana Karen bersama seseorang yang ingin bertemu dengan Leo. Leo datang.

Leo kaget melihat Amor ada di warung kopi itu bersama Karen. Amor datang lagi ke Medan. Kali ini, dia ingin mendaftar kuliah di salah satu Universitas yang ada di kota Medan. Tentu Leo senang dan mendukungnya. Namun dia tak bisa menutupi kesedihan dihatinya melihat Amor terlihat begitu kurus. Sangat kurus dibandingkan saat pertama kali Leo bertemu dengan Amor, 2 tahun sebelumnya.

Sehari sebelum Leo berangkat ke Kalimantan, dia mengajak Amor untuk jalan-jalan berdua dengannya. Amor mau. Tak banyak yang mereka bicarakan, namun raut wajah keduanya terlihat begitu riang. Leo berusaha tidak menyinggung penyakit yang diderita Amor, juga dia tidak mau menceritakan bahwa setahun sebelumnya dia mencari Amor ke Yogyakarta.

Sebelum mengantar Amor pulang, Leo berjanji kepada Amor. Leo berjanji akan datang ke Medan lagi khusus menjumpai Amor kalau Amor akan wisuda. Amor tersenyum.
"Janji ya?" ucap Amor.
"Ya. Aku akan menepatinya" balas Leo.
"Aku akan menunggumu bang".

Leo merantau ke Kalimantan. Butuh waktu 6 bulan baginya untuk mendapatkan pekerjaan disana. Sementara hubungan dia dengan Amor semakin akrab. Amor sangat bersemangat kuliah. Mereka saling berbalas pesan dan sering telfonan dari sore hari hingga tengah malam.

III. Berubah


Tahun 2015.
2 tahun sudah Leo dengan Amor berteman dengan akrab walau hanya lewat berbalas pesan dan telfonan. Namun mereka berdua sudah saling mengungkapkan bahwa mereka saling suka satu sama lain.

Tiba-tiba Amor berubah. Tanpa alasan yang jelas, dia tidak mau lagi telfonan dengan Leo. Amor hanya mau berbalas pesan saja. Leo tidak marah maupun menaruh curiga. Fikirnya Amor mau fokus ke kuliahnya.

Perubahan Amor yang tidak mau telfonan dengan Leo terus berlanjut hingga tahun 2017. Amor mengirim pesan kepada Leo.
"2 minggu lagi aku wisuda bang. Abang datang kan?"
"Pasti dek. Aku akan datang" balas Leo.

Leo sangat bersemangat ke Medan. Rindunya kepada Amor kalau meletus mengalahkan letusan gunung merapi manapun di dunia ini. Apalagi dia sudah 2 tahun tidak mendengar suara pujaan hatinya. Suara yang dia ingin dengar setiap hari.

Amor meminta Leo menjumpai Amor lebih dahulu di sebuah taman di kota Medan sehari sebelum hari perayaan wisuda. Leo menurutinya. Leo pergi ke taman itu. Leo bingung mendapati seorang wanita yang dia jumpai disana. Leo tidak mengenalnya. Wanita itu menghampiri Leo.
"Kamu Leo kan?" tanya wanita itu.
"Ya, kamu siapa?" balas Leo.
Wanita itu mengajak Leo duduk dan wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Namaku Dinda. Aku kakaknya Amor. Aku sahabatnya Karen".
Dinda berhenti bicara. Wajahnya menjadi sedih.
"Ada apa?" tanya Leo tanpa merasa ada yang ganjil.
Dinda meneteskan air matanya. Segera diusapnya. Lalu dia mulai cerita.
"Amor, adikku, telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Aku datang kesini untuk menepati janjiku padanya. Sebelum adikku meninggal dunia, dia me ..... ". Dinda menangis, dia tak sanggup melanjutkan ceritanya. Leo menenangkannya, tapi hatinya mulai tak menentu.

Setelah Dinda kembali tenang. Dinda mengungkapkan semuanya. Bahwasannya Amor telah meninggal dunia karena Amor sakit parah. Sebelum Amor meninggal dunia, Amor berpesan kepada Dinda supaya Dinda menggantikan Amor berbalas pesan dan telfonan dengan Leo sampai mereka bertemu. Amor juga berpesan supaya Dinda menggantikan Amor menjumpai Leo seperti yang baru terwujud. Amor tidak ingin mengecewakan Leo karena Amor sudah janji akan menunggu kedatangan Leo. Dinda juga meminta maaf kepada Leo, setelah Amor meninggal dunia, dia gak mau telfonan dengan Leo menggantikan Amor. Dinda merasa gak sanggup. Setiap membalas pesan Leo saja, tak jarang Dinda meneteskan air mata mengingat Amor.
"Adikku sekarang pasti bahagia banget di atas sana melihat kamu datang kesini" ucap Dinda.
Leo mulai meneteskan air matanya. Gantian, jadi Dinda yang menenangkan Leo. Setelah Leo kembali tenang, Dinda lanjut berbicara.
"Adikku suka padamu sejak pertama kali bertemu denganmu. Katanya kamu orangnya baik, pelindung, sabar dan manis. Dia gak bisa melupakan momen dimana kamu datang ke Bandara hanya untuk foto dengannya. Adikku juga bilang dia sangat menyesal waktu dia ke Medan di tahun 2011, dia tidak mau mendaftar kuliah di Medan ini. Dia malah memilih kuliah ke Yogyakarta. Tapi asal kamu tahu, alasannya kembali kuliah dan memilih kuliah ke Medan ini ialah kamu. Padahal kami keluarganya sudah melarangnya mendaftar kuliah. Namun dia berjuang untuk sembuh dan mau belajar lagi supaya dia bisa bertemu lagi denganmu. Dia cerita padaku saat kalian bertemu lagi di tahun 2013, adikku sangat senang tetapi dia juga sedih saat kamu merantau ke Kalimantan. Tetapi karena ada janji kalian berdua, kalian akan bertemu seharusnya di hari ini, dia memaksa dirinya menyelesaikan kuliahnya. Namun sayang, kekuatan fisiknya semakin melemah setiap harinya sejak pertengahan tahun 2014. Hingga pada tahun 2015, kondisinya sangat kritis dan dia meninggal dunia."

Leo menangis. Menangis dan hanya menangis. Besok harinya Leo dibawa Dinda ke Pekanbaru untuk mengunjungi tempat peristrahatan Amor. Leo menangis sejadi-jadinya disana. Dia mengungkapkan penyesalannya merantau ke Kalimantan.

Sebelum mereka pergi dari kuburan Amor, Dinda menyerahkan handphone milik Amor kepada Leo.
"Mulai sekarang handphone ini milikmu ya".
Leo menerimanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2022

BELAJAR DARI LEA

v