Dicintai-Nya Lalu Mencintai Sesama

Tulisan ini berdasarkan buku yang saya baca, judulnya Cinta Bertindak (Love Does). Penulisnya bernama Bob Goff. Buku ini bukan novel romans ya. Buku ini tentang cinta Allah kepada Bob Goff dengan orang-orang yang terlibat dibuku ini.

Cover Buku Love Does

Sudah ada 2-3 hal yang aku lakukan terinspirasi dari buku ini. Buku ini meresahkan fikiranku. Sampai aku beberapa kali berhenti membacanya, malah fikiranku semakin resah karena tidak membaca semuanya. Aku suka buku ini.

Menurutku, buku ini sangat cocok bagi orang yang seperti aku. Yang merasa perjalanan hidupnya tidak menarik, tidak punya prestasi yang dibanggakan, tidak pernah mengerjakan perkara-perkara besar bahkan cenderung mengalami banyak kegagalan, yang melihat dirinya paling kecil diantara teman-temannya atau yang menganggap dirinya seperti uang recehan saja.

Buku ini bukan menceritakan seseorang yang minder. Tetapi seseorang yang memang biasa-biasa saja hidupnya tetapi karakternya bobrok, absurd dan senang berpetualang. Tuhan sayang banget padanya. Hingga pada akhirnya, dia dipakai Tuhan jadi orang yang luar biasa lewat hal-hal yang absurd.

Aku karang sendiri satu cerita singkat, dimana cerita ini menggambarkan isi buku ini secara keseluruhan menurut pemahamanku.

Ceritanya begini: Tuhan memberi sebuah misi kepada Bravo. Tuhan menginginkan Bravo membangun sebuah rumah ketika Bravo berusia 35 tahun. Ketika Bravo berusia 12 tahun, Tuhan menempatkan sebuah mimpi di dalam tidurnya. Dalam mimpi itu Bravo merayakan ulangtahun. Banyak kado yang dia dapatkan. Bravo sangat senang mendapatkan hadiah kado berupa gergaji, palu, sendok semen dan peralatan tukang lainnya.

Ketika Bravo tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dia kuliah dengan jurusan Pendidikan Olahraga (Pendor). Bravo ini orangnya tidak suka hal-hal yang detail. Jurusan yang dipilihnya hanya untuk sebuah pelarian saja. Namun ketika Bravo berusia 35 tahun, dia berhasil membangun sebuah rumah seperti yang diinginkan Tuhan. Demikian ceritanya.

Hal yang ingin aku ungkapkan lewat cerita singkat diatas adalah bahwa Tuhan punya misi yang jelas untuk setiap orang. Terlepas dari misi itu adalah perkara besar atau tidak, itu tergantung ukuran manusia. Buku ini seakan berkata; Tuhan sangat senang Bravo berhasil membangun sebuah rumah. Terkait rumah itu jadi rumah milik orang asing, atau tujuannya tidak tahu untuk apa, maupun jalan yang dilalui Bravo sebelumnya tidak nyambung dengan misi Tuhan, intinya Tuhan senang akan Bravo.

Buku ini juga seakan berkata bahwa; terkait seseorang itu bobrok orangnya, seperti tidak punya talenta, dsb, jika Tuhan mengkehendaki dia mengerjakan sebuah misi, Dia pasti akan menuntunnya. Lewat buku ini, Tuhan berkata ke Bravo, seakan-akan kata-kata-Nya ini receh banget padahal karena Tuhan Maha Lembut makanya Dia berkata begini: "Bravo, Aku tahu nak, kau tak suka hal-hal yang detail seperti berhitung, tidak suka merancang, tidak telaten, jurusanmu sewaktu kuliah bukan teknik arsitektur, tapi Aku mau kau membangun sebuah rumah untuk-Ku dan Aku selalu bersedia untuk menuntunmu"

Lalu Bravo menjawab. "Tapi aku orang yang berdosa Tuhan. Aku jarang berdoa, hidupku berantakan dan tidak ada yang dibanggakan dariku".

Tuhan menjawab. "Aku tahu nak, tapi aku menginginkanmu membangun sebuah rumah untuk-Ku".

Lewat buku ini, si penulis menunjukkan bahwa Tuhan itu baik bangat. Tuhan itu sayang bangat kepada orang-orang yang merasa dirinya bobrok, tidak pernah mengerjakan perkara-perkara besar, tidak punya prestasi untuk dibanggakan, mengalami banyak kegagalan, dsb.

Sebagai penutup, aku akan menceritakan kisahku sendiri. Sejauh ini aku menganggap kisah ini seperti aib bagiku. Tetapi setelah baca buku Love Does, aku jadi menganggapnya sebuah misi Tuhan padaku yang berhasil aku kerjakan. Eaakkk. *maaf jika aku menyombongkan diri ya*.

Kisah ini ketika aku kembali kuliah di semester 6. Di sem-5 aku berhenti kuliah. Bukan untuk mendramatisir kisah ini. Jika ada yang bertanya, pernahkah aku merasakan titik terendah dihidupku? Jawabku pernah. Tepatnya di sem-5 ketika aku mengutarakan niatku tidak mau kuliah lagi kepada orang-orang yang mengasihiku. Banyak pelik hati yang aku alami dalam 6 bulan yang singkat itu sehingga aku mengalami krisis moneter akan kepercayaan diri.

Di akhir sem-6, pengurus Ikatan Kerohanian Kristen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (IK2FPIK) Universitas Riau (UNRI) memilihku jadi ketua Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) 2014. Bang Surya yang adalah kakak rohaniku menyampaikannya kepadaku di taman digital UNRI. Aku tertawa mendengarnya.

Yang benar saja, masak aku yang kuliahnya berantakan dipilih jadi ketua KATA? Teladan apa mau dilihat adik-adik Mahasiswa Baru (Maba) dariku? Ibadah sebesar itu dipercayakan sama orang yang sudah mengecewakan kepercayaan yang diberikan kedua orangtuanya? Belum lagi statusku di IK2FPIK ialah petobat baru dari sem-1 hingga sem-6 walau selalu ikut Kelompok Kecil (KK). Apa mau diandalkan coba? Pengalaman seperti pernah jadi ketua naposo bulung di gereja, gak ada. Jadi ketua natal misalnya, juga gak pernah. Selain itu, aku harus mempersiapkan mental kalau ada Maba yang bertanya; kenapa aku tidak Kuliah Kerja Nyata (KKN) sementara teman-teman seangkatanku pada KKN? Karena didorong bang Surya dan banyak teman, aku mau jadi ketua.

Untung saja aku diberkahi 11 anggota yang pada absurd, bertalenta dan mau diajak kerjasama. Tantangan yang kami hadapi saat itu menurutku sangat keras karena 2 hal. Yang pertama, jumlah Maba (secara keseluruhan) yang lulus ke Faperika adalah angka tertinggi dalam sejarah kampus. Sehingga Maba Faperika yang beragama Kristen adalah angka tertinggi dalam sejarah IK2FPIK. Dan yang kedua, pada tahun itu pengurus IK2FPIK hanya 3 orang saja, biasanya lebih dari 5 orang. Dimana selama persiapan KATA, 2 orang pengurus sedang KKN dan satu orang pulang kampung (liburan).

Seingatku kami(tim) mencapai (bahkan lebih) target yang hadir baik itu Maba maupun Mahasiswa Lama. Ramai sekali pokoknya. Namun di pertengahan ibadah, acaranya dihentikan oleh pihak gereja, tempat kami beribadah. Gereja mau dipakai oleh mereka. Sedari awal memang pihak gereja sudah mengingatkan kami, tetapi kami yang telat sekali memulai acara karena beberapa hal.

Aku yang dulu melankholis habis, menangis saat kami (tim-pengurus-pendamping-pembicara) hendak menutup ibadah. Sebagai ketua, aku sungguh malu. Bahkan beberapa hari setelah ibadah KATA, aku tidak mau pergi ke kampus. Aku bilang pada Tuhan "aku malu Tuhan karena ibadah itu. Aku merasa gagal karena aku ketuanya. Belum pernah kulihat ibadah KATA berjalan setengah acara" Sempat aku merasa gara-gara ibadah itu, bebanku ke kampus malah bertambah berat. Walau teman-temanku pada memotivasiku untuk bangkit, tapi bagiku itu seperti aib.

Lewat pembacaan buku ini, seakan-akan Tuhan berkata padaku; nak, kamu tahu kalau saat ibadah itu Aku bangga padamu? Kamu dan timmu berhasil mengumpulkan Maba yang begitu banyak. Setiap tahun Aku datang melawat ibadah KATA Faperika tetapi tidak pernah Kulihat yang hadir seramai itu dan yang membuat Aku bertambah bangga pada kalian (tim), kalian memberi semua yang hadir makan malam. (Biasanya di ibadah-ibadah seperti itu, hanya diberi gorengan saja. Hehe). Acaranya memang tidak berjalan semuanya. Tetapi misi-Ku padamu telah berhasil yaitu mengumpulkan Maba Faperika pada malam itu. Itu yang Aku inginkan darimu". Menyadari hal ini, sering memang aku melihat pencapaian maupun kegagalan menurut standart manusiawi.

Anehnya ditahun berikutnya, pengurus IK2FPIK memakai aku lagi jadi anggota tim KATA 2015, peranku sebagai seksi dana. Aku tidak tahu apa alasan mereka memilihku. Mungkin saja karena dari KATA 2014, selain kami (tim) boleh memberi makan malam, dana yang tersisa masih sanggup kami gunakan untuk membeli sebuah alat musik yaitu Cahon. Mungkin mereka menilai bahwa kami sukses didana tetapi tidak diacaranya. Haha. Mulai... nanti nangis.

Untuk mengakhiri tulisan ini aku ingin menyampaikan 2 hal seperti keuntungan tersendiri untukku setelah KATA 2014 dan KATA 2015 yaitu:

1. Karakter berubah. Sebelumnya aku adalah pendiam nun tertutup. Bukan gayaku mau menceritakan kehidupanku pada orang lain maupun bertanya tentang kehidupan seseorang. Namun setelah berbaur dengan banyak Maba, mau gak mau aku jadi terbuka. Tapi jangan tanya kalau aku yang sekarang gimana orangnya. Periang dan tukang cerita... Asiikk

Setelah beberapa tahun, aku jadi heran. Ada 2 orang laki-laki yang datang kepadaku. Yang satu, angkatan 2014 dan yang satu lagi, angkatan 2015. Yang satu ingin berhenti kuliah dan yang satu orang lagi sudah sempat berhenti kuliah 1 semester. Mereka datang kepadaku dan mengaku, bahwa mereka kembali kuliah gara-gara mengingat ceritaku yang sempat berhenti kuliah satu semester.

Anehnya lagi, kalau ada mahasiswa yang mau mengambil cuti kuliah maupun alpha study, mereka menghubungi aku setidak-tidaknya menanyakan syaratnya. Rasa-rasaku aku berkat dalam hal itu karena bisa membantu mereka. Tetapi di dalam hatiku, aku tidak ingin mereka merasakan apa yang telah aku rasakan.

2. Pertemananku berubah total. Yang awalnya hanya sedikit temanku, setelah itu jadi dikenal banyak orang. Eaakkk. Teman dekatku, sohibku kali yang juga teman se-Kelompok Kecil menyematkan sebuah gelar padaku yaitu Pendetanya Wanita. Karena aku punya banyak teman wanita. Tapi aku bukan playboy ya, pacar aja aku gak punya selama kuliah. Setelah tamat pun juga gak punya. Sad...

Banyak juga sebenarnya temanku yang laki-laki, tapi ya gimana lagi. Temanku itu sedikit hiperbola. Mungkin karena dia sering main bola jadi hiperbola.

Oh, satu hal yang terlupakan mau aku sampaikan ialah jangan ragu akan penyertaan Tuhan all. Meskipun langkah kita saat ini salah sekalipun, Tuhan tidak akan meninggalkanmu. Tuhan akan selalu menyertai dan misi-Nya tidak akan gagal. Tuhan itu baik. Baik untuk selama-lamanya. Semangat.

Demikianlah akhir dari tulisan ini. Trimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2022

BELAJAR DARI LEA

v