Sepakbola Bagian Dari Hidupku

Di akhir tahun 1990-an, nenekku membawaku ke Bangkinang, Riau, untuk mengunjungi keluarga salah satu anaknya dan salah satu putrinya. Ketika sudah di Bangkinang, suatu hari nenek pergi meninggalkan aku yang saat itu sedang tertidur. Ketika aku bangun, aku mencari nenek, namun nenek tidak ada. Aku menjadi marah-marah karena meski aku berada di tengah-tengah keluargaku namun yang aku kenal secara dekat hanyalah nenek.

Keluarga yang saat itu bersamaku mencoba menenangkan aku dengan menjelaskan bahwa nenek hanya pergi sebentar. Tetapi aku tidak terima sehingga aku mengeluarkan dari mulutku nama-nama binatang kepada mereka. Emosiku tidak mereda. Entah dapat ide darimana, putrinya nenekku alias namboru pergi dari rumah itu. Beberapa menit kemudian namboru datang membawa bola kaki lalu memberikannya kepadaku. Aku menjadi diam dan tenang.

Kenangan ini sering diceritakan namboruku kepadaku. Namboruku masih mengingat nama binatang yang aku lontarkan kepadanya. Makanya kalau mengingat sewaktu aku kuliah, yang awalnya aku tinggal di rumah namboruku namun melarikan diri darisana, namboruku pasti berseloro bilang bahwa dari kecil aku sudah menyakiti hatinya dengan menceritakan kisah di atas.

Awal aku tertarik menonton sepakbola di televisi sewaktu aku duduk di Sekolah Dasar (SD). Aku lupa pada saat itu aku sudah di kelas berapa. Namun awalnya ialah ketika aku dan ayahku menonton berita di TVRI sampai tengah malam. Pada saat itu muncullah berita tentang dunia olahraga. Muncullah berita tentang sepakbola. Dimana di video itu ada seorang pemain yang mencetak gol, dimana si pencetak gol itu memakai kacamata warna hitam. Entah mengapa hal itu sangat menarik di mataku. Setelah aku semakin besar, aku menjadi tahu nama pemain itu. Namanya ialah Edgar Davids. Dia adalah pemain sepakbola berkebangsaan Belanda.

Setiap hari aku semakin jatuh cinta kepada sepakbola. Masih belum beranjak dari SD, aku segera mengubah cita-citaku. Yang awalnya ingin menjadi polisi lalu mengubahnya menjadi seorang pemain sepakbola hebat. Hal itu aku sampaikan kepada guru kelasku. Menjadi pemain sepakbola profesional menjadi cita-citaku sampai aku tamat SMA.

Keinginan menjadi pemain sepakbola profesional sudah aku sampaikan kepada ayahku ketika aku tamat SMP. Aku bilang bahwa aku ingin masuk sekolah sepakbola. Tapi karena fisikku yang kurus dan pendek, juga karena terbatasnya informasi tentang sekolah sepakbola dan pertimbangan lainnya, aku melanjutkan sekolahku di SMA kampung kami.

Tamat dari SMA, setelah aku fikir dalam-dalam, bahwa untuk menggapai impianku itu sudah sangat sulit. Tak rela sebenarnya melepaskannya namun gimana pun aku harus bisa menguburnya. Aku diterima kuliah di Univ. Riau.

Masuk ke Univ. Riau membuatku kaget karena aku merasa bebas untuk mengepresikan diriku untuk bermain bola juga bermain futsal. Merasa tidak ada yang mengekang, juga hasrat menjadi pemain sepakbola masih ada dalam benak hati, rasa-rasanya aku bisa bermain bola kapanpun aku mau tanpa perduli soal kuliah. Kuliah berantakan hingga aku memutuskan berhenti kuliah (alpa studi) satu semester.

Satu hal terbesar yang menjadi titik balik di hidupku ialah ketika aku memutuskan berhenti kuliah dan sempat ingin mengakhirinya saja pada saat itu. Namun oleh karena banyak hal buruk yang terjadi akibat dari keputusanku itu, aku lanjut kuliah lagi. Kejadian itu mengubah cara pandangku tentang sepakbola begitu juga dengan cita-citaku. Aku belajar legowo, mengganti cita-cita dan membuat sepakbola hanya hobby atau hiburan semata saja.

Satu hal yang aku syukuri dari lahirnya cita-citaku menjadi pemain sepakbola ialah aku tidak merokok sampai saat ini. Ketika aku mengubah cita-citaku sewaktu SD, guruku bilang syaratnya cuma satu yaitu jangan merokok. Walau cita-citaku itu tidak tercapai hingga saat ini, tetapi pesan guruku itu selalu aku pegang hingga sekarang.

Sebagai penutup, aku akan ceritakan bahwa kesucianku 'jangan merokok' sempat ternoda sekali. Kejadiannya ketika aku sudah di SMA.

Pada suatu hari minggu, orangtuaku memintaku untuk menjaga padi di ladang kami. Menjaga padi dalam bahasa batak ialah mamuro. Siang harinya teman-temanku datang main-main ke ladang. Diantara mereka sudah banyak yang merokok. Mereka pun tak segan merokok di depanku karena tidak ada orangtuaku disana. Secara bergantian mereka menggodaku untuk merokok tetapi aku tidak bergeming.

Menjelang sore hari teman-temanku pulang. Setelah mereka pergi, aku lihat ada beberapa puntung rokok mereka bersebaran. Setelah agak lama mereka pergi, aku lihat di sekililingku tidak ada orang, aku mengambil salah satu puntung rokok lalu kubakar dan aku pun menghisapnya. Aku yang masih pemula menahan asap rokok di dalam mulutku. Seketika saja aku langsung batuk-batuk. Disaat bersamaan aku dengar suara motor ayahku mendekati ladang. Aku ingat pesan temanku yaitu untuk menghilangkan bau rokok dari mulut, makan nenas sebanyak-banyaknya. Segera aku ambil beberapa nenas lalu aku memakannya sebanyak-banyaknya. Jangan tanya, gak usah dibayangkan, tentang apa yang akan terjadi padaku jika saja saat itu aku ketahuan merokok oleh ayahku. Aku pastikan aku tidak akan menjadi sekarang ini kalau ayahku tahu saat itu. Hahaha. Maafkan aku bapake.

Sekian dan terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2022

BELAJAR DARI LEA

v