Postingan

v

Meski aku tak setuju dengan endingnya, ada 3 poin yang saya dapatkan dari menonton film Nokta Merah Perkawinan, al: 1. Karna sudah sepasang suami-istri, baik suami/istri merasa apa yg di fikirannya atau hatinya sudah pasti/seharusnya dimengerti pasangannya tanpa harus dia jelaskan. Sekalipun dia pasanganmu, kalau kau gak ngomong, gimna pasanganmu tau apa isi hatimu? 2. Sulit untuk terbuka ketika dalam menghadapi masalah. Gilang lebih suka memikirkan masalah keluarga seorang diri saja. Ambar bingung gimana caranya mengajak Gilang untuk satu hati menghadapi masalah. Padahal yg namanya masalah keluarga ya harus dihadapi berdua. Loe bukan jomblo. 3. Saat berdebat jadi lupa untuk membicarakan solusinya malah jadi saling menghakimi sehingga yang terjadi pertengkaran. Yang harusnya permasalahan cuma 1 jadinya nambah. Gilang dan Ambar begitu, yg awalnya cuma sesekali bertengkar akhirnya jadi keseringan. Karna setiap berdebat bukannya cari solusi bersama malah saling menghakimi satu sama lain.

BELAJAR DARI LEA

Sepanjang tahun ini, saya sangat dekat dengan yang namanya kecewa. Saya masih ingat ketika memulai awal tahun 2023, saya memulainya dengan membawa kekecewaan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2022. Saya sangat kecewa hampir di seluruh aspek kehidupanku. Saya kecewa dengan pekerjaanku, relasi dengan sesama, keluarga, serta dalam pencarian teman hidup dan pada akhirnya kecewa kepada Tuhan.   Saya mulai tidak tahan (tidak terima) dengan kekecewaanku ketika aku keluar dari Kalimantan Timur. Sejak saat itu, aku mulai berani bertanya kepada Tuhan. “Mengapa Tuhan keadaanku jadi begini? Mengapa Tuhan biarkan aku begini terus padahal aku sudah mencoba sebelum kemana pun aku pergi dan sebelum memutuskan apapun aku selalu berdoa? Aku pergi ke Kalimantan, itu aku doakan sebelumnya sampai aku yakin, bahkan sampai meminjam uang untuk ongkos. Aku keluar dari Kalimantan juga aku doakan serta dengan mempertimbangan baik dan buruknya, dimana hal-hal buruk yang banyak aku dapati. Kenapa jalanku jadi

Senyum, Cinta, Keluarga dan Agama

Gambar
Dari awal sa sudah curiga, ini bapak kenapa senyum-senyum saja? Ternyata ini bapak sebelumnya bekerja di beberapa hotel di Bali e . Karena aku pernah ditempatkan oleh PT. Rentokil bekerja di Hotel Ibis dan Hotel Mercure Padang, jadi langsung tahu bahwa senyum adalah kewajiban utama setiap pelayan hotel. Namanya pak Gusti. Biasa kami panggil pak Ello. Nama panggilan anak satu-satunya yaitu Ello. Bagiku, senyum Pak Ello ini seperti pintu gerbang yang membukakan jalan untuk aku masuk ke dalam pengenalan kami agar semakin dekat. Asyik. Aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya: "Pak Ello, bagiku bapak itu sudah kuanggap seperti abangku atau keluargaku sendiri." Belum sempat terucapku begitu, pak Ello cerita bahwa ada seseorang sebelum aku datang kesini, seorang laki-laki juga, orangnya pernah bekerja di tempat kami ini, sama seperti aku akrab juga dengan pak Ello, sehingga orang itu mengganggap Pak Ello seperti abangnya atau keluarganya. Ah, sedikit pun aku tak meraguka

RINDU YANG TERAKHIR?

Gambar
Hai, yang terhadap engkau aku pernah kerahkan segala upaya demi cinta yang besar. Jika kuingat hari dimana aku begitu merindukanmu dan memohon Tuhan mempertemukan kita untuk terakhir kalinya, dalam kepedihan aku berjanji dalam hati, tidak lagi merindukanmu kalau kita bertemu. Tuhan mendengar doaku. Kita bertemu juga. Memandangmu menjadi sangat berharga. Pertemuan yang tidak aku dan kamu inisiatif. Tak banyak aku menyapamu, begitu juga sebaliknya. Walau begitu hari itu aku merasa kita terhubung satu sama lain. Hati kecilku berteriak setiap kali memandangmu. "Hei, cintaku padamu besar dan tulus. Tidak tahukah kamu?" Senyumanmu penuh arti membalas: "Aku tahu cintamu padaku besar dan tulus. Tetapi aku tidak tahu, mengapa aku tak bisa menerimanya, hanya bisa menghargainya" Senyumanmu itu adalah cerminan hatiku. Aku tidak tahu mengapa hatiku sangat menginginkanmu, hanya bisa menghargainya. Sebelumnya, ketika kita berdua berjalan kaki pada malam hari. Sengaja a

Move On Dari Kain Panjang

Pada awalnya bukan karena aku suka sama dia atau dia suka samaku makanya kami dekat. Bukan juga karena cinta yang mempertemukan dua hati kami yang berbeda seperti kata lagu D'masiv. Di kemudian hari aku menyadari bahwa memang Tuhan sengaja mempertemukan kami. Tuhan mempertemukan kami untuk kebaikanku. Sebut saja namanya Angel. Angel yang artinya adalah malaikat. Kala itu dia seperti malaikat bagiku. Dia hadir disaat aku sedang mengalami keterpurukan. Kuliahku sedang hancur dan berantakan. Percaya diriku hilang. Aku kehilangan kepercayaan dari keluargaku. Meminjam kata orang, keterpurukanku saat itu adalah titik terendah dihidupku. Dan itu menjadi titik balik kehidupanku hingga saat ini. Itulah mengapa di banyak tulisanku, aku sering menceritakan momen itu. Dan itulah alasannya mengapa aku tak bisa melupakan orang-orang yang berjasa bagiku selama aku mengarungi masa suram itu. Angel benar-benar ada di setiap aku membutuhkan dia. Dia cepat sekali akrab denganku. Dia akan menjumpaik

6 Hal Tentang Belalang

Gambar
Tulisan ini adalah catatanku yang aku dengar dari khotbah di gereja pada hari minggu tanggal 12 Februari 2023. Nats khotbah : Yoel 1:1-6 (diharapkan dibaca terlebih dahulu) Pengantar : Garis besar nats khotbahnya menceritakan tulah belalang yang dialami umat Tuhan saat itu. Menurut KBBI, tulah artinya kemalangan atau kutuk karena perbuatan jahat. Tulah diizinkan Tuhan dialami umat-Nya bukan untuk memusnahkan si pendosa. Tetapi tulah didatangkan untuk membersihkan kejahatan. Ingat, tulah datang karena perbuatan jahat. Kita masuk ke belalang Belalang Ada apa dengan belalang, mengapa Tuhan memakai belalang? Ternyata cukup banyak Alkitab bercerita tentang belalang. Ada 6 ayat yang menggambarkan seperti apa belalang itu dan ada makna yang bisa kita pelajari dari keenam ayat tersebut. 1. Belalang Tidak Punya Raja Baca Amsal 30:27 Belalang tidak punya raja tetapi kalau berbaris sangat teratur. Umat Tuhan mesti memiliki sifat teratur, apalagi kita punya raja yaitu Allah. 2. Belala

Untuk Seorang Ibu

Nb: Ibu yang aku maksud di tulisan ini aku sebut inang . Inang adalah bahasa batak dari ibu. Hanya permintaan kecil yang inang pinta padaku. Lewat telfon inang pinta kala aku telfonan dengan putri inang yang adalah temanku. Dengan senang hati aku mengabulkannya. Nenas yang inang pinta aku bawa dan kuberikan kepada inang kala kita bertemu untuk pertama kalinya. Dari pancaran wajah inang yang sederhana itu, terlihat jelas bahwa inang tidak percaya kalau aku serius membawa yang inang pinta. Inang lalu mengucapkan terimakasih kepadaku dengan diselimuti rasa haru. Ah, di kemudian hari inang memuji ibuku karena perbuatan baikku itu. Namun inang tidak tahu, putri inang yang adalah temanku juga tidak tahu. Bahwa saat kita berpisah aku ingin memeluk inang. Aku ingin berseru kepada inang: "Inang, bolehkah aku memeluk inang?" Tak banyak yang sempat kita bicarakan. Tak banyak waktu yang sempat kita habiskan. Namun aku kagum akan sosok inang yang sederhana itu. Namun aku